Syeikh Sudais, Jadi Imam Besar Masjidil Haram, Salah Satunya karena Doa Ibu
Sepertinya hampir seluruh kaum muslimin di negeri ini pernah mendengar atau bahkan menirukan alunan indah ayat-ayat suci yang dibacakan oleh salah seorang Imam Masjidil Haram yang satu ini. Yups, beliau adalah Syaikh Abdurrahman As-Sudais yang memiliki nama panjang yaitu : ‘Abdurrahman Ibn ‘Abdul Aziz As-Sudais hafizhahullah.
Rasanya tak asing lagi di pendengaran kita tatkala nama beliau disebutkan, baik di media sosial maupun di berbagai tempat. Wajar saja, karena pemilik suara emas ini merupakan qari’ yang begitu masyhur dengan cengkok-cengkoknya yang begitu khas.
Beliau sudah menjadi Imam sekaligus Khatib di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sejak 1404 H. Berikut ini adalah biografi ringkas beliau –hafizhahullahu- yang berhasil kami kumpulkan dari beberapa sumber:
Beliau adalah Prof. Dr. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Muhammad as-Sudais, yang dilahirkan di kota Riyadh, Arab Saudi pada 10 Februari 1960.
Ketika Syaikh Sudais masih kecil, ibunya selalu berkata kepadanya, “Wahai ‘Abdurrahman, hafalkanlah Al-Qur’an. Insyaallah engkau akan menjadi imam masjidil Haram.”
Allahu akbar! Alangkah indahnya doa sang ibu kepada anaknya ini. Seperti inilah sang ibunda mendorong dan memotivasi Syaikh Sudais kecil ketika itu agar tersemangati untuk menghafal Al-Qur’an dengan serius.
Kemudian setiap kali Syaikh Sudais kecil datang ke Masjidil Haram, beliau melihat lebih dekat apa yang dilakukan oleh para imam di sana. Lalu pikirannya pun melayang-layang, apakah mungkin dia akan seperti itu (menjadi imam Masjidil Haram) dari hari ke hari?
Alam bawah sadar sang Sudais kecil pun akhirnya benar-benar terpancing. Dorongan dari ibunya tadi telah masuk menghunjam ke relung hati beliau dan benar-benar memotivasinya.
Lalu beliau membayangkan lagi dalam pikirannya, “Apakah mungkin aku bisa menghafal Al-Qur’an tanpa ada kesalahan? Mungkinkah aku bisa melantunkan Al-Qur’an tanpa ada kekeliruan?”
Akhirnya dengan karunia Allah, kemudian dengan usaha gigih beliau hari ini kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana bacaan beliau ketika memimpin shalat di Masjidil Haram.
Begitu syahdu membuat hati menjadi tentram mendengarkannya, penghayatan beliau dalam lantunan ayat-ayat suci yang dibacanya tak jarang mengundang isak tangis para jama’ah yang khusyuk berdiri dibelakang beliau.
Lihatlah pula ketika beliau membaca ayat, hafalan beliau begitu kuat, bak air yang mengalir secara alamiah, tidak nampak kesan takalluf (menyusah-nyusahkan diri) dan juga ta’assuf (teledor; meremehkan) pada bacaan beliau. Inilah fadhlullah, karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Semoga Allah menjaga beliau diatas ketaatan kepada-Nya, dan semoga Allah berikan kesempatan kepada kita semua untuk bisa bermakmum dibelakang beliau, di Masjidil Haram, di tempat yang paling suci diatas muka bumi. Amiin
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah beliau di atas adalah:
Motivasi dari orang tua -terutama ibu- sangat mendorong sekali seorang anak bisa menjadi shalih dan bisa menjadi penghafal Al-Qur’an.
Masa terbaik untuk menghafal Al-Qur’an adalah masa kecil bagaikan seseorang yang begitu mudahnya mengukir diatas batu.
Namun bukan berarti ketika masa itu telah berlalu lantas kita meras terlambat untuk menghafal Al-Qur’an. Tidak jarang kita mendengar kiasah nyata yang mengisahkan kepada kita bahwa ada orang tua yang sudah berumur kepala lima, enam, tujuh bahkan diatas itu berhasil menghafalkan Al-Qur’an. Itulah karunia Allah.
Untuk bisa menghafalkan Al-Qur’an, seseorang mesti diberi motivasi bahwa Al Qur’an itu mudah untuk dihafal, juga ada pahala besar menanti para penghafal Al-Qur’an. Motivasi semacam ini akan menjadikan anak kecil atau yang lainnya semakin terdorong untuk mau embaca dan menghafal Al-Qur’an.
Mudah-mudahan dengan taufiq dan pertolongan dari Allah kita dapat menjadi bagian dari para penghafal Al-Qur’an secara sempurna.
Apabila kita selaku orang tua, jangan lupa doakan dan motivasi anak-anak kita untuk terus dan tetap semangat dalam menghafal Al-Qur’an, karena hal tersebut dapat meninggikan derajat anak kita di dunia dan akhirat, kita selaku orang tua pun akan tertular kebaikannya.
Hanya Allah yang memberikan taufik untuk kita semua. []