Maksud Tujuh (7) Pada Qiroat Sab’ah

Suatu hari, pernah diadakan syukuran di kampung al-Faqir. Panitia mengundang seorang qari untuk membaca Al Quran. Tiba-tiba sang qori memiliki inisiatif untuk membaca 1 dari 7 qirā’at yang dikenal.

“Ar Rahmaanir rohiiiiimm Maliki yaumiddiiiin”

Dengan suara yang sangat merdu sang qori’ membaca.

Masyarakat yang mendengarkannya menjadi geger. “Salah tuh, seharusnya, ‘Ar Rahmaanir rohiimi Maaliki yaumiddiin'”.

Dari peristiwa ini, wajarlah jika orang awam di kampung menyalahkan qari’, karena keawaman mereka dalam ilmu qirā’at.

Sang qari juga kurang bijaksana. Harusnya, sebelum membaca diberitahukan dahulu kepada pendengarnya kalau ia sedang membaca dengan Qiraat Sabah.

Sebentar, emang apa sih makna Qiraat Sabah?

Kenapa kok dikenal qirā’at sab’ah (tujuh), kok bukan 5, 6, 8 atau 30 saja?

Berdasarkan penelitian al imam Ibn Al-Jazari Rahimahullah, maksud dari perbedaan 7 Qirā’at adalah adanya 7 kaidah perbedaan cara baca sebagai berikut:

1. Perubahan Harakat Tanpa Disertai Perubahan Makna dan Bentuk Kata.

Contohnya adalah kata البخل

Ada yang membaca dengan bacaan:

– Al Bukhli
– Al Bakholi

2. Perubahan Harakat Yang Menjadikan adanya Perubahan Makna.

Contoh: فتلقى ادم من ربه كلمات

Ada yang membaca :

– “Fatalaqqoo AdaMU Min Robbihi KalimaaTIIN”: Artinya Nabi Adam AS mempelajari beberapa kalimat dari tuhannya

– “Fatalaqqoo AdaMA Min Robbihi KalimaaTUUN”: Artinya kalimat diajarkan kepada Nabi Adam AS

3. Perubahan Huruf Yang Menjadikan adanya Perubahan Makna Bukan Bentuknya

Contoh: Ada yang membaca تبلو, Ada yang membaca تتلو (Perbedaan hanya pada titik, bentuk katanya sama)

– “Tabluu” Artinya: Mengirim bencana

– “Tatluu” Artinya: Membaca

4. Perubahan Huruf Yang Menjadikan Adanya Perubahan Bentuk Tapi Bukan Maknanya

Contoh: Ada yang membaca بسطة

Ada yang membaca بصطة

Kedua kata memiliki kata yang sama meski bentuknya berbeda, yaitu: Kelapangan atau keluasan

5. Perubahan Huruf yang Menjadikan adanya Perubahan Makna dan Bentuknya

Contoh: Ada yang membaca اشد منكم,

Ada yang membaca أشد منهم

– “Asyadda Minkum” Artinya: Lebih berat dari kalian

– “Asyadda Minhum” Artinya: Lebih berat dari mereka

6. Perubahan Tentang Mendahulukan Atau Mengakhirkan kata

Contoh: فيقتلون ويقتلون Ada yang membaca:

– “Fa Yaqtuluuna Wa Yuqtaluuna”, Artinya: Mereka berperang dan diperangi

– “Fa Yuqtaluuna Wa Yaqtuluuna”, Artinya: Mereka diperangi dan mereka memerangi

7. Perubahan Pada Penambahan atau Pengurangan

Contoh: Ada yang membaca سارعو, Ada yang membaca وسارعوا

– “Saari’uu”, Artinya: Berlomba-lombalah kalian

– “Wa Saariuu”, Artinya: Dan berlomba-lombalah kalian

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah,

– Para ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang makna sab’ah sebagaimana di dalam hadits “sab’ati Ahruf”, ada yang mengatakan artinya adalah bahasa kabilah, bentuk harakat i’rob, pengucapan kata, dan lain sebagainya

– Yang pendapatnya rojih, menurut Imam Al Jazari Rahimahullah adalah seperti yang dijelaskan di atas.

– Definisi tujuh di sini bukanlah nama-nama Qurro’ Sab’ah: Nafi’, Ibn Katsir, Abu Amr, Ibn Amir, Ashim, Hamzah, dan Al Kisa’i

Boleh juga dipahami bahwa definisi ringkasnya adalah: Perbedaan cara baca dalam Al Quran yang disesuaikan dengan bahasa masing-masing kabilah Arab di zaman Nabi Muhammad ﷺ.

———————————-
Mari bergabung dengan Markaz Qiroat Indonesia. Selain belajar belajar ilmu qira’at ada juga berbagai macam program lainnya seperti, syarah mutun, tahfidz, tasmi mutun, tahqiq sanad, dan lain sebagainya. Bisa jadi, andalah pemilik sanad qiroat selanjutnya. 

Leave a reply