Bentuk Bibir Ketika Membaca Tarqiq dan Tafkhim

Bagi kami, keindahan membaca Al Qur’an yang paling nampak adalah pada tebal-tipisnya. Sifat tebal yang biasa dikenal tafkhim, atau sifat tipis yang biasa dikenal tarqiq adalah bukti salah satu bentuk kefasihan mengucap huruf arab yang tidak dimiliki bahasa lain.

Langsung saja, sebagai pengingat dan pengetahuan dasar tentang tafkhim-tarqiq mari kita ikutilah ulasan dibawah ini:

a Tafkhim adalah: suara menebal, lidah terangkat ke arah atas langit-langit atas mulut. Hurufhurufnya : ظ ق ط غ ض ص خ, plus ر dalam keadaan berharakat dhommah & kasroh. Nama lainnya adalah sifat ISTI’LA

b Tarqiq adalah: suara menipis, lidah menetap dibawah tidak terangkat, Huruf-huruf nya selain diatas. Nama lainnya adalah ISTIFAL

Pengalaman penulis saat membaca kitab-kitab tajwid, penulis belum pernah mendapati sang pengarang mengupas bagaimana bentuk bibir ketika mengucapkan huruf-huruf istifal dan isti’la’. Umumnya yang di soroti hanya terangkat dan tidaknya lisan ke arah langit-langit atas.

Namun peenulis berkesimpulan sementara bahwa bentuk bibir ketika mengucapkan huruf istifal harus seperti orang tersenyum melebar kanan-kiri.

Adapun huruf-huruf isti’la’ bentuk bibir harus menyempit/menguncup bukan monyong. Kesimpulan inilah yang pernah penulis ajukan ke guru kami dan alhamdulillah beliau membenarkannya meski tidak ada referensi baku dari kitab tajwid.

Beliau menyebut bentuk tersenyum (istifal) dengan : اإلمتداد (Al Imtidad) artinya memanjang ke arah kanan-kiri. Sedangkan yang menguncup (tafkhim) dengan : اإلنكماش (Al Inkimasy) artinya menguncup.

Kedua sifat istifal (tarqiq) dan isti’la’ (tafkhim) adalah sifat lazimah artinya melekat pada huruf pada setiap keadaannya, baik ketika berharakat, bersukun atau bertasydid.

Oleh karenanya setiap huruf istifal, bentuk kedua bibir harus selalu dalam keadaan IMTIDAD, sedangkan setiap huruf isti’la kedua bibir harus berbentuk INKIMASY. Jika tidak demikian, bisa terjadi perubahan suara baca, huruf bahkan perubahan makna.

Sebelum menyebutkan contoh, untuk istilah IMTIDAD akan penulis terjemahan tersenyum.

Adapun INKIMASY penulis terjemahkan dengan menguncup untuk mempermudah pemahaman.

Contoh-contoh :

1) Kalimat وتواصوا – WATAWAA : Semuanya huruf istifal (tarqiq), bibir harus tersenyum SHOU : huruf isti’la (tafkhim), bibir harus menguncup

Jika suara SHOU bibir dalam keadaan tersenyum maka akan menjadi . وتواسوا Silahkan dicoba!

2) Kalimat : خسر Khusr (dalam keadaan berhenti) Pada kalimat tersebut terdapat susunan sebagai berikut:

huruf خ : Tafkhim (INKIMASY) menguncup huruf س : Tarqiq (IMTIDAD) tersenyum huruf ر : Tafkhim (INKIMASY) menguncup

Jika ketika mensukun س tidak tersenyum maka kalimat diatas akan menjadi : خصر.

3) Kalimat

محذو ار

MAH : Tarqiq, bibir tersenyum

Dzuu : Tarqiq, untuk memulai membaca ذ harus dari senyum lalu manyun mecucu karena dhommah

Jika setelah membaca MAH dalam keadaan tersenyum lalu langsung membaca ذ tidak memulainya dengan senyum maka suara baca akan menjadi :

محظورا . Silahkan dicoba pelan-pelan sambil dihayati untuk membedakannya.

4) Kalimat أضل (waqaf) A : Istifal, senyum

DHOL : Isti’la, menguncup lalu dalam keadaan mensukun ل bibir harus tersenyum.

Kalau tidak dikembalikan ke tersenyum ketika mensukun ل maka suara ل akan menjadi tebal seperti ketika mengucap huruf ل pada kata هللا

Demikian 4 contoh yang menjelaskan pentingnya memainkan bentuk bibir (senyum menguncup) dalam membaca Al Qur’an. Mengingat karena huruf-huruf Al Qur’an hanya terbagi menjadi 2: tebal-tipis, maka senyum-menguncup ini akan ketara terlihat.

Dan masih banyak ratusan ribu contoh lain yang kita bisa ketahui lewat bimbingan para ustadz yang kompeten dalam ilmu tajwid. Maka tidak salah jika Imam Ibn Jazari berwasiat:

وليس بينه وبين تركه # إال رياضة المرئ بفكه

Arti bebasnya : Kalau ingin bagus ngajinya, harus sering melatih rahangnya.

Namun kalau sudah terlatih maka akan terbiasa. Pemahaman kami, perkataan beliau “latihan dengan rahangnya” adalah isyarat bahwa membaca Al Qur’an tidak boleh kayak orang menggerutu (ngunyah makanan, jawa: nggremeng). Seseorang juga harus memainkan kedua bibirnya supaya huruf-huruf terdengar sempurna tebal-tipisnya. []

Sumber: Kumpulan Mutiara Al-Quran | Goresan Tinta Ustadz Mochamad Ihsan Ufiq | Penyusun dan Pentagqiq: Imam Safi’i, S.S

Leave a reply